Akademi Muballighah Nasyiah: Membangun Dakwah Berkeadilan Gender

Wakil Ketua Pimpinan Daerah Kota Malang, Lailatul Fithriyah Azzakiyah saat menyampaikan materi dalam salah satu sesi Akademi Muballighah Nasyiatul Aisyiyah Jawa Timur 

nasyiahjatim.or.id
Pimpinan Wilayah Nasyiatul Aisyiyah (PWNA) Jawa Timur menggelar Akademi Muballigah di Aula Pondok Pesantren Internasional Abduh Malik Fadjar (AMF) Malang. Salah satu sesi akademi adalah "Peran Mubalighah Nasyiah dalam Merespons Isu-isu Strategis Perempuan" menghadirkan Lailatul Fithriyah Azzakiyah, Wakil Ketua Pimpinan Daerah Aisyiyah Kota Malang sebagai narasumber.

Penyuluh agama Islam terbaik nasional ini menyampaikan gagasan tentang Muballighah Profetik-Transformatif Berkemajuan dan Berkeadilan Gender. Ia menekankan bahwa Islam mengakui peran perempuan dalam kepemimpinan dengan hak dan kewajiban yang setara dengan laki-laki, sebagaimana ditegaskan dalam Al-Qur’an.

Salah satu ayat yang dikutip adalah QS. An-Nahl: 96, yang menegaskan bahwa laki-laki dan perempuan memiliki kesetaraan dalam memperoleh pahala atas amal kebajikan.


"Muballighah Nasyiatul Aisyiyah harus menjadi garda terdepan dalam memberikan pencerahan dan solusi Islami terhadap isu-isu strategis perempuan. Pendekatan dakwah kita harus kontekstual, responsif gender, serta memberikan dampak nyata bagi masyarakat," ujarnya.


Gerakan Mubalighah Profetik-Transformatif kini mulai mendapat perhatian luas di kalangan Muslim Indonesia. Gerakan ini mengusung pendekatan dakwah yang tidak hanya menyampaikan ajaran Islam secara normatif, tetapi juga menerjemahkan nilai-nilai profetik dalam konteks sosial yang lebih relevan.


Pendekatan ini membuka ruang bagi tafsir yang lebih inklusif terhadap teks-teks keagamaan, khususnya terkait isu perempuan dan keadilan gender.


"Selama ini, dakwah konvensional sering kali membatasi peran perempuan dalam ruang publik. Pendekatan Mubalighah Profetik-Transformatif menawarkan tafsir yang lebih sesuai dengan prinsip keadilan universal dalam Islam," jelasnya.


Ia juga menambahkan bahwa model dakwah yang lebih inklusif dan memberdayakan seperti ini semakin diminati oleh generasi muda. "Banyak anak muda yang merasa tercerahkan dengan model dakwah yang tidak menakut-nakuti, tidak mengekang, tetapi justru membebaskan dan memberdayakan," ungkapnya.


Menurutnya, selama pendekatan ini tetap berpegang pada prinsip-prinsip dasar Islam dan bertujuan untuk kemaslahatan umat, maka hal ini merupakan bentuk ijtihad yang patut diapresiasi.


Gerakan Mubalighah Profetik-Transformatif diharapkan dapat memperkaya khazanah dakwah Islam di Indonesia, menghadirkan corak dakwah yang lebih progresif, serta menegaskan peran perempuan dalam membangun masyarakat yang lebih berkeadilan gender.